Pemilu 2014 sudah didepan mata, para peserta pun sudah turun ke lapangan, dapat kita lihat disudut-sudut jalan, gang dan komplek keberadaan para calon legislative yang berupaya untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Para caleg tersebut berwujud spanduk, baliho dan banner outdoor yang sangat mudah untuk kita lihat sekarang ini. Beberapa diantaranya sangat dekat untuk kita kenal, dan yang lainnya mungkin asing untuk diketahui, namun keberadaan mereka hari ini dalam wujud dan bentuk-bentuk kampanye.
Terlepas dari bentuk, gaya, rupa dan tata bahasa yang mereka sampaikan kepada masyarakat, tentu sangat bijak untuk kita mengenal tidak hanya satu calon, beberapa calon alternative sebagai pembanding atas pilihan yang mungkin dapat kita rekomendasikan kepada keluarga, pacar, teman maupun kolega dan sahabat kita. Rekomendasi tersebut tentu dengan pertimbangan track record si calon yang bersangkutan.
Berbagai cara pun dilakukan oleh para calon legislative tersebut dalam upaya meraup dukungan, ada yang bagi-bagi sembako, menggelar lapak pasar murah, keliling kampong dan door to door, bahkan ada pula yang berkeliling warung kopi di daerah pemilihannya. Cara-cara tersebut menjadi salah satu ajang silaturahmi antara para caleg dan calon pemilih. Kalau bagi-bagi kalender, stiker, kartu nama dan lain sebagainya merupakan bentuk dari kerja-kerja tim yang dibentuk oleh caleg yang bersangkutan untuk meningkatkan popularitas di dapilnya. Hal ini sangat biasa kita temui saat menjelang pemilu atau pilkada.
Namun menjadi sebuah catatan menarik bagi saya ketika awalnya melihat para caleg untuk tampil lebih dari para calon pemilih. Tampilan tersebut bukan hanya tampilan secara visual dalam bentuk pakaian, namun juga dalam bentuk alat komunikasi yang mereka gunakan. Seiring kemajuan zaman, sebagian para caleg tak hanya dilengkapi dengan alat peraga kampanye secara manual, namun juga dilengkapi dengan gadget yang serba mutakhir dan kekinian. Perangkat komunikasi tersebut tentu memiliki fitur-fitur yang dapat membuat komunikasi dan informasi menjadi terupdate secara otomatis. Kata ABG itulah yang bernama SmartPhone, sejenis handphone yang tak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja namun juga dapat menjadi multi fungsi, seperti agenda, kalender, alat untuk moto, untuk bikin catatan-catatan bahkan untuk menjelajah internet. Dengan alat tersebut si caleg sudah mencari bahan kampanye untuk dijadikan tema atau topic pembicaraan kepada para calon pemilih.
sumber www.Facebook.com |
Kembali ke pembahasan tentang caleg, pemilu 2014 menjadi tonggak bahwa keberadaan internet menjadi penting disaat para pemilih memutuskan kepada siapa suaranya akan berlabuh. Tak ayal, salah satu layanan internet yang digemari oleh caleg dalam bersosialisasi adalah social media, seperti pesbuk, twitter, dan lain sebagainya. Sebagian juga memilih untuk membuat website/weblog pribadi yang dapat digunakan untuk mendekatkan dirinya ke pemilih. Tentu cara-cara ini juga menjadi salah satu strategi agar hubungan yang jauh dapat menjadi dekat, yang dekat menjadi rapat, yang rapat menjadi akrab, dan tentu hasil akhirnya diharapkan untuk memilih dan mencoblos si calon legislative di kotak suara pada hari pemilihan nanti.
Sumber : Google |
Namun beberapa caleg juga gencar dalam berkomunikasi melalui pesbuk dan twitternya. Membuat grup dukungan, mempromosikan fans page, dan bahkan ada yang membuat akun kloningan yang khusus untuk menjaring para pemilih kedalam strategi kampanyenya. Dan beberapa diantaranya bahkan ada yang memiliki tim media, tim management, tim sukses dan tim-tim lain yang dibuat khusus untuk membangun pencitraan, sosialisasi dan lain sebagainya. Cara-cara inilah yang membantu para caleg semakin dekat dengan calon konstituennya.
PEMILIH PEMULA
Pemilih pemula disini merupakan pemilih yang baru pertama kali ikut pemilu sebagai konstituen. Pemilih ini umumnya anak sekolahan yang sudah memiliki KTP atau sudah terdaftar sebagai pemilih. Jumlah pemilih ini sangat besar, cenderung steril terhadap pilihan yang sudah ada. Namun cukup cerdas untuk menggunakan perangkat teknologi yang berkembang saat ini. Sehingga para pemilih pemula ini memiliki kemampuan mengakses informasi yang lebih dinamis dibandingkan dengan pemilih pemula yang ikut pemilu tahun 1955.
Pemilih Pemula juga menjadi salah satu sasaran empuk bagi para caleg dalam bersosialisasi ke mereka, isu yang tepat sasaran dan gagasan yang menarik juga dapat membuat pemilih golongan ini menjatuhkan pilihan kepada caleg yang mampu meyakinkan mereka. (Untuk Mengulas lebih jauh tentang Pemilih Pemula di Kalimantan Barat ini, akan disampaikan pada artikel yang lain)
KAMPANYE BERSAMA
Sumber : Rudi Atap Langit |
Tidak ada salahnya untuk mengutip tentang libur bersama, penjelasannya kurang lebih sama, namun pengertian disini lebih mengarah kepada satu konsep tentang Kampanye bersama di dunia maya. Seperti yang sebelumnya dibahas, bahwa dunia maya menawarkan kemudahan akses dalam membangun informasi. Menurut penulis, kehidupan dunia maya maya memberikan sebuah pengertian secara sepihak bahwa ketika seorang menutup komputernya, maka akan ada computer lain yang membuka media yang sama, dan hal ini terus berlangsung selama 24 jam nonstop, bahkan tidak menutup kemungkinan 2 atau lebih computer akan mengakses media yang sama dan waktu yang sama pula. Tentu hal ini menjadi sebuah keuntungan untuk memperinci tentang kampanye bersama. Konsep tentang kampanye bersama ini menjadi sebuah daya tarik kepada para pemilih untuk mendiskusikan calon pilihannya berdasarkan pada analisa yang dibangun secara bersamaan, pengertian lebih jauh mungkin dapat kita maknai dengan kata Gotong Royong. Metode seperti ini menjadi pilihan bagi para pemburu informasi untuk mendapatkan bahan-bahan dalam menganalisa dan mempertimbangkan calon pilihan terhadap ketersediaan informasi. (Bersambung)
0 comments:
Post a Comment