Tengah hari di awal tahun baru 2007 pukul 12.55 WIB, pesawatAdamAir
574 yang dipiloti oleh Kapten Refri Agustian Widodo dan kopilot Yoga
Susanto mengudara. Namun mereka yang terbang dari Bandara Juanda (SUB)
Surabaya, Indonesia pada 1 Januari 2007 tak pernah tiba di Bandara Sam
Ratulangi (MDC). Meski burung besi pembawa 4 pramugari: Verawati
Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari,
dijadwalkanlandingdi Manado pukul 16.14 WITA.
Pesawat yang ditumpangi 96 orang dengan 6 awak itu dilaporkan putus
kontak dengan Pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin
Makasar, setelah terakhir terhubung pada 14.53 WITA. Pada saat hilang
kontak, posisi burung besi itu berada pada jarak 85 mil arah barat
laut Kota Makassar, pada ketinggian 35.000 kaki.
Kecelakaan itu menjadi salah satu tragedi transportasi terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia.
Sehari setelahnya, tersiar kabar ditemukannya pesawat jenis Boeing
737-4Q8 buatan tahun 1989 bernomor registrasi PK-KKW -- AdamAir 547.
Namun, ternyata setelah ditelusuri timSearch and Rescue(SAR), tak ada
bangkai burung besi tersebut.
Menteri Perhubungan Hatta Rajasa juga menegaskan berita penemuan
pesawat Adam Air tidak benar. "Data itu sama sekali tidak betul," kata
Menteri Perhubungan saat itu Hatta Rajasa, 3 Januari 2007
Pada 27 Agustus 2007, berdasarkan penemuan kotak hitam di perairan
Majene, Sulawesi Barat pesawat diduga jatuh di lokasi tersebut.
Berdasarkan rekaman kotak hitam yang ditemukan di perairan Majene,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan, Adam Air
jatuh ke laut menabrak permukaan air laut lalu terbelah dua.
Kecelakaan itu disebabkan oleh cuaca buruk dan kerusakan alat
navigasi.
Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan hasil penyelidikan mereka.
Awalnya, alat navigasi pesawat atau Internal Reference System (IRS)
rusak.
Menurut KNKT, kedua pilot terkonsentrasi memperbaiki kerusakan dan
lupa memerhatikan instrumen yang lain. Mereka tidak menyadari pesawat
miring dan turun mendekati laut. Mereka baru sadar dua menit sebelum
pesawat pecah menabrak laut. Namun hal itu sudah terlambat, mereka tak
sempat lagi mengendalikan pesawat.
Agustus 2008, beredar rekaman pembicaraan yang konon pembicaraan
terakhir di kokpit Adam Air KI-574. Jika rekaman itu asli, rekomendasi
KNKT yang menyimpulkan kecelakan akibat kesalahan manusia (human
error) dianggap tidak mendasar dan keliru.
Dari rekaman tersebut, selain karena IRS-nya tidak berfungsi, terdapat
faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan
102 penumpang pesawat Boeing 737-400 tersebut. Jadi, bukanhuman error.
Akhirnya, tepat pada 18 Juni 2008, karier AdamAir, maskapai murah yang
pernah menjadi terbaik di Indonesia, berakhir. Bukan karena kasus
kecelakaan tersebut, namun urusan bisnis. Pemerintah mencabut AOC
maskapai tersebut, sekaligus larang terbang secara permanen.
Sejak itu tidak ada lagi AdamAir di Indonesia.
Tutupnya AdamAir masih menyisakan misteri atas kecelakaan fatal yang
hingga kini tak ada satu pun korban pun ditemukan. Korban dan pesawat
hilang di lautan Sulawesi. Korban dan pesawat hilang di lautan
Sulawesi. (liputanenam)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment